Reproduksi pada perempuan dan laki-laki memiliki anatomi yang berbeda, masalahnyapun akan berbeda-beda. Masalah reproduksi selalu menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Mulai dari hal ringan hingga berat. Salah satu isu Kesehatan yang berkaitan dengan reproduski perempuan adalah kanker serviks.
Kanker ini merupakan penyumbang kematian keempat dari seluruh kanker yang ada di Dunia, dan kedua di Indonesia. Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang menyerang organ leher Rahim. Sebesar 99% penyebab utama kanker serviks adalah Human papillomavirus (HPV). Fakta lainnya yang harus kita ketahui bersama, faktor risiko kanker serviks antara lain aktivitas seksual pada usia muda yang tidak aman, merokok, dan orang dengan gangguan imunitas.
Human papillomavirus (HPV) ini menginfeksi serviks (leher rahim) melalui kontak seksual, dan infeksi HPV umumnya tidak menimbulkan gejala apapun pada penderitanya. Kanker serviks adalah penyakit yang tidak sama dengan penyakit kanker lainnya sebab kanker serviks dapat di cegah dan jika terdeteksi lebih awal dapat disembuhkan 100%.
Pencegahannya sudah pasti memotong semua faktor risiko yang disebutkan di atas. Dan juga mengikuti program pemerintah seperti skrining dan vaksinasi. Skrining yang digunakan adalah pap smear bagi perempuan yang aktif secara seksual. Program vaksinasi dalam pencegahan kanker serviks menggunakan vaksin HPV. Vaksin ini disarankankan mulai diberikan kepada anak perempuan umur 9-14 tahun. Program ini seringkali digelar dengan cuma-cuma atau gratis. Seharusnya kita semua memanfaatkannya, karena jika kita memeriksakan diri untuk pap smear dan atau melakukan vaksin HPV mandiri biaya yang dikeluarkan tidaklah murah, yaitu kisaran IDR 600,000.00 hingga IDR 1,300,000.00.
Prosedur dalam pemeriksaan pap smear yaitu dengan mengumpulkan sampel sel dari leher rahim untuk kemudian di lakukan tes lebih lanjut di laboratorium. Tujuan dari pemeriksaan pap smear ini untuk mengetahui tanda-tanda keganasan di daerah mulut rahim. Pada wanita yang sudah bersuami dan yang aktif melakukan hubungan suami-istri, disarankan untuk wajib melakukan pemeriksaan pap smear ini setiap satu tahun sekali.
Secara literatur, Vaksin HPV memiliki tiga jenis vaksin yang tersedia secara komersial, yaitu bivalen, quadrivalent, dan nonvalent. Vaksin quadrivalent melindungi terhadap empat tipe HPV (6, 11, 16 dan 18) dan vaksin bivalen melindungi terhadap dua HPV tipe 16 dan 186. Vaksin nonavalen (sembilan valen) yang baru-baru ini diperkenalkan melindungi terhadap lima tipe HPV 31, 33, 45, 52 dan 58 selain jenis yang tercakup dalam vaksin quadrivalent.
Sejauh ini tidak pernah ada laporan dari adanya efek samping berat paska vaksin HPV. Efeksamping berat yang dimaksud adalah tidak adanya sinkop (pingsan), anafilaksis (alergi parah), tromboemboli vena (gumpalan darah di vena dalam tungkai, pangkal paha, atau lengan), masalah kehamilan dan kelahiran, serta stroke.
Bicara tentang “mengapa sasaran umur pemberian vaksin HPV ini pada anak perempuan umur 9-14 tahun?”. Hal ini dikarenakan usia dewasa (27 tahun hingga 45 tahun) memiliki kecenderungan telah terpaparan virus Human papillomavirus (HPV). Maka ketika diberikan vaksin HPV, ada kemungkinan efeknya tidak terlalu efektif untuk memerangi kanker serviks. Olehsebab itu, umur 9-14 tahun adalah sasaran yang tepat untuk anak perempuan membentuk antibodi sebelum beranjak dewasa.
Kesadaran orang tua di Indonesia terkait pemberian vaksin HPV pada anak sekolah dasar atau menengah masih terbilang rendah. Banyak para orang tua yang merasa jika vaksin HPV ini adalah hal yang tabu. Hal yang sangat disayangkan untuk kita semua. Besar harapan kami para tenaga kesehatan agar para orang tua memberikan kontribusi yang baik dalam semua program kesehatan, khususnya vaksin HPV kepada anak umur 9-14 tahun.